Merantau ke Yogyakarta

25

oleh Kiai Ali untuk pindah ke kitab selanjutnya. Hal ini

bisa ditafsirkan bahwa Kiai Ali menganggap Gus Yahya

memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam memahami

kitab-kitab tersebut. Gus Yahya juga memiliki kesempatan

khusus untuk mendalami topik-topik tertentu dengan Kiai

Ali. Ia kerap dipanggil ke ruangan khusus Kiai Ali dan

diminta untuk menanyakan langsung hal-hal yang belum

dimengerti. Dalam pertemuan khusus tersebut, Kiai Ali

sering menyuguhkan berbagai macam kitab untuk mencari

makna-makna tertentu dalam kitab yang sedang dipelajari.

Sembari menyantri di Krapyak, Gus Yahya juga

melanjutkan pendidikannya di sekolah umum. Karena saat

pindah ke Yogyakarta Gus Yahya sudah beranjak ke kelas

dua SMP, ia memilih untuk melanjutkan jenjang tersebut

di salah satu sekolah di negeri di Yogyakarta: SMP Negeri

13 Yogyakarta. Tidak ada alasan khusus baginya memilih

sekolah tersebut kecuali karena posisinya yang dekat

dengan Pesantren Krapyak. Ketika menempuh jenjang

SMP, Gus Yahya memiliki sahabat karib layaknya seperti

saudara sendiri. Sahabatnya tersebut berasal dari keluarga

Marhaen. Ketika berkunjung ke rumah sahabatnya tersebut,

ia berkesempatan membaca buku Dibawah Bendera

Revolusi (DBR) karya Soekarno –proklamator dan

presiden pertama Republik Indonesia. Bagian demi bagian

dari buku tersebut ia lahap semuanya dan membuatnya

terkagum-kagum dengan sosok Soekarno.

Sembari tetap menyantri di Krapyak, Gus Yahya

melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di

salah satu sekolah negeri di Yogyakarta. Ia mengaku jenjang

SMA dilalui begitu saja. Sebagai santri ia sangat menjaga

akhlak seorang santri. Ia tak ikut-ikutan model pergaulan

model teman-temannya kebanyakan di sekolahnya.